Morfofonemik
adalah perubahan fonem yang terjadi akibat proses morfologis. Awalan
me-,ber-,dan ter-, dapat mengalami perubahan bentuk sebagai berikut :
1.Morfotonemik awalan me-
me-
|
latih
|
melatih
|
rasa
|
merasa
|
|
wawas
|
mewawas
|
|
yakin
|
meyakinkan
|
|
masak
|
memasak
|
|
nanti
|
menanti
|
|
nganga
|
menganga
|
|
nyanyi
|
menyanyi
|
Awalan me- tidak berubah bentuknya jika
bergabung dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem
/l/,/r/,/w/,/y/,/m/,/n/,ng/,dan /ny/.
Dalam proses ini terjadi pengekalan fonem
awal bentuk dasar (tidak berubah).
Catatan :
Dalam bahasa Indonesia terddapat kata mawas diri. Kata mawas merupakan bentukan bahasa jawa , yakni dari bentuk dasar waswas mendapat awalan nasal ( N ).
Dalam bahasa jawa fonem /w/ yang mengawali bentuk dasar itu luluh menjadi /m/
jika bentuk dasar itu mendapat awalan nasal ( N- + wawas = mawas ).
2. Morfofonemik awalan ber-
ber-
|
rambut
|
berrambut
|
berambut
|
rias
|
berrias
|
berias
|
|
uang
|
berruang
|
beruang
|
|
rebus
|
berrebus
|
berebus
|
|
robot
|
berrobbot
|
berobot
|
Awalan ber-, berubah bentuknya menjadi be-,
jika bergabung dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/. jadi fonem
/r/ pada awalan ber- itu dihilangkan ( Ø
). Peristiwa penghilangan fonem /r/ pada kata seperti “berrambut” menjadi
“berambut” dapat dituliskan sebagai berikut.
/r/ - /r/ menjadi /Ø/ - /r/
Catatan :
Perhatikanlah kata berawalan ber- , berikut
ini !
Berambut = be-rambut ( bukan : ber-ambut)
Beribu = 1. be-ribu ( -ribu )
2. ber-ibu
Beruang = 1. be-ruang ( ‘mempunyai atau ada
ruang )
2. ber-uang ( ‘mempunyai
uang )
3.beruang ( nama hewan )
3. Morfofonemik awalan ter-
ter-
|
rasa
|
terrasa
|
terasa
|
riang
|
terriang
|
teriang
|
|
realisasi
|
terrealisasi
|
terealisasi
|
|
rebus
|
terrebus
|
terebus
|
|
robohkan
|
terrobohkan
|
terobohkan
|
Awalan ter- berubah bentuknya menjadi te- jika bergabung dengan bentuk dasar yang berawal
Dengan fonem /r/. jadi , fonem /r/
pada awalan ter- itu dihilangkan ( Ø
). Peristiwa penghilangan fonem /r/ pada kata seperti “ terrasa “ menjadi “
terasa “ dapat dituliskan sebagai berikut.
/r/
- /r/ menjadi /Ø/ - /r/
4. Morfofonemik awalan di-
4. Morfofonemik awalan di-
Awalan di-bebas dari kaidah morfofonemik
untuk awalan me- , ber- , dan ter- . jadi, bergabung dengan bentuk dasar apapun
, bentuknya tidak berubah ( pengekalan awalan di- ) .
Awalan di- ( bentuk terikat morfologis )
dan preposisi di- ( bentuk terikat sintaksis ) penulisannya harus dibedakan
seperti pada contoh berikut.
1.
Mobil dijalan itu tidak dapat dijalankan
2.
Kamu yang duduk dibelakang jangan dibelakangi
5. Morfofonemik akhiran –kan
Akhiran –kan bergabung dengan bentuk dasar
apapun tidak berubah bentuknya ( pengekalan akhiran –kan ) seperti pada contoh berikut.
gerakan
|
gerakkan
|
masukan
|
masukkan
|
balikan
|
balikkan
|
6. Morfofonemik akhiran –i
Akhiran
–I bergabung dengan bentuk dasar apapun tidak berubah bentuknya ( pengekalan
akhiran –I ). Bentuk dasar yang berakhir dengan fonem /i/ tidak lazim digabung
dengan gabungan –I , misalnya *diisii , *dimandii , *dicarii , dan *diberii.
Dalam dialek Jakarta terdapat bentuk diisiin , dimandiin , dicariin , dan
diberiiin
7.Morfofonemik
akhiran –an
Akhiran
–an bergabung dengan bentuk dasar apapun tidak berubah bentuknya contoh :
tata + -an
|
tataan
|
buru + -an
|
buruan
|
tari+ -an
|
tarian
|
jago + -an
|
jagoan
|