Rabu, 21 Oktober 2015

Morfofonemik


               Morfofonemik adalah perubahan fonem yang terjadi akibat proses morfologis. Awalan me-,ber-,dan ter-, dapat mengalami perubahan bentuk sebagai berikut :

1.Morfotonemik awalan me-

me-
latih
melatih
rasa
merasa
wawas
mewawas
yakin
meyakinkan
masak
memasak
nanti
menanti
nganga
menganga
nyanyi
menyanyi

 Awalan me- tidak berubah bentuknya jika bergabung dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/,/r/,/w/,/y/,/m/,/n/,ng/,dan /ny/.
Dalam proses ini terjadi pengekalan fonem awal bentuk dasar (tidak berubah).
Catatan :
Dalam bahasa Indonesia terddapat kata mawas diri. Kata mawas merupakan bentukan bahasa jawa , yakni dari bentuk dasar waswas mendapat awalan nasal ( N ). Dalam bahasa jawa fonem /w/ yang mengawali bentuk dasar itu luluh menjadi /m/ jika bentuk dasar itu mendapat awalan nasal ( N- + wawas = mawas ).


2. Morfofonemik awalan ber-

ber-
rambut
berrambut
berambut
rias
berrias
berias
uang
berruang
beruang
rebus
berrebus
berebus
robot
berrobbot
berobot

Awalan ber-, berubah bentuknya menjadi be-, jika bergabung dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/. jadi fonem /r/ pada awalan ber- itu dihilangkan ( Ø ). Peristiwa penghilangan fonem /r/ pada kata seperti “berrambut” menjadi “berambut” dapat dituliskan sebagai berikut.
/r/ - /r/ menjadi /Ø/ - /r/
Catatan :
Perhatikanlah kata berawalan ber- , berikut ini !
Berambut = be-rambut ( bukan : ber-ambut)
Beribu = 1. be-ribu ( -ribu )
                2. ber-ibu
Beruang = 1. be-ruang ( ‘mempunyai atau ada ruang )
                   2. ber-uang ( ‘mempunyai uang )
                   3.beruang ( nama hewan )

3. Morfofonemik awalan ter-

ter-
rasa
terrasa
terasa
riang
terriang
teriang
realisasi
terrealisasi
terealisasi
rebus
terrebus
terebus
robohkan
terrobohkan
terobohkan
          

 
              


Awalan ter- berubah bentuknya menjadi te- jika bergabung dengan bentuk dasar yang berawal
Dengan fonem /r/. jadi , fonem /r/ pada awalan ter- itu dihilangkan ( Ø ). Peristiwa penghilangan fonem /r/ pada kata seperti “ terrasa “ menjadi “ terasa “ dapat dituliskan sebagai berikut.
/r/ - /r/ menjadi /Ø/ - /r/
4. Morfofonemik awalan di-
Awalan di-bebas dari kaidah morfofonemik untuk awalan me- , ber- , dan ter- . jadi, bergabung dengan bentuk dasar apapun , bentuknya tidak berubah ( pengekalan awalan di- ) .
Awalan di- ( bentuk terikat morfologis ) dan preposisi di- ( bentuk terikat sintaksis ) penulisannya harus dibedakan seperti pada contoh berikut.
1.      Mobil dijalan itu tidak dapat dijalankan
2.      Kamu yang duduk dibelakang jangan dibelakangi


5. Morfofonemik akhiran –kan
Akhiran –kan bergabung dengan bentuk dasar apapun tidak berubah bentuknya ( pengekalan akhiran –kan  ) seperti pada contoh berikut.
gerakan
gerakkan
masukan
masukkan
balikan
balikkan

6. Morfofonemik akhiran –i
Akhiran –I bergabung dengan bentuk dasar apapun tidak berubah bentuknya ( pengekalan akhiran –I ). Bentuk dasar yang berakhir dengan fonem /i/ tidak lazim digabung dengan gabungan –I , misalnya *diisii , *dimandii , *dicarii , dan *diberii. Dalam dialek Jakarta terdapat bentuk diisiin , dimandiin , dicariin , dan diberiiin

7.Morfofonemik akhiran –an
Akhiran –an bergabung dengan bentuk dasar apapun tidak berubah bentuknya contoh :
tata + -an
tataan
buru + -an
buruan
tari+ -an
tarian
jago + -an
jagoan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar